Minat Prodi Agama Turun, Menag: PTKIN Harus Berinovasi

By Admin

nusakini.com--Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meminta Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) untuk mengembangkan inovasi guna menjawab menurunnya minat mahasiswa yang belajar pada program studi agama. 

Menurutnya, penurunan ini menjadi tantangan PTKIN agar bisa segera diatasi. Sebab, PTKIN pada awalnya justru dibangun dengan ilmu-ilmu pokok keagamaan (ushuluddin). "Justru saat ini kita membutuhkan expertise atau ilmuwan yang ahli dalam bidang ilmu Hadith, perbandingan Madzhab dan Filsafat agama," ucap Menag dalam peluncuran seleksi bersama masuk PTKIN di Indonesia melalui jalur Seleksi Prestasi Akademik Nasional (SPAN) dan Ujian Masuk (UM-PTKIN) di Kemenag, Jakarta, Rabu (1/2). 

Diakui Menag, minat masuk ke PTKIN terus meningkat dari tahun ke tahun. Sejak dimulainya UM-PTKIN pada tahun 2010 dan SPAN-PTKIN 2013, pendaftar terus meningkat. 

Pendaftar UM-PTKIN 2010 sekitar 8.845 menjadi 53.637 pada tahun 2012. Peminat ini terus meningkat pada tahun 2013 hingga mencapai 57.448. Tahun 2015, peminat PTKIN mencapai 79.643 pendaftar SPAN dan UMPTKIN. Sedang pada tahun 2016, jumlah pendaftar SPAN menembus 129.327, dan UM PTKIN sejumlah 79.768. Dari jumlah tersebut, mahasiswa yang diterima melalui jalur SPAN berjumlah 63.601 dan UMPTKIN berjumlah 41.209 orang. 

Sayangnya, peningkatan minat masuk PTKIN ini tidak ikuti dengan minat masuk prodi agama. Menag mengaku sedih mendengar informasi bahwa program studi Filsafat Agama, Ilmu Hadith dan Perbandingan Agama menjadi Prodi menempati posisi terendah. 

"Ini tentu merupakan keprihatinan kita bersama karena PTKIN dulu dibangun dengan ilmu-ilmu pokok ini. Kini justru menjadi ilmu yang termarginalkan," tambah Menag. 

Untuk itu, Menag menilai perlu ada inovasi bagaimana caranya agar SPAN UMPTKIN tidak saja menyuburkan banyaknya peminat ilmu-ilmu umum atau yang sedang laku di pasaran, namun juga memikirkan dan menghidupakan kajian-kajian strategis dalam bidang Islamic Studies. 

"Tentu saja saya bersuyukur bahwa PTKIN semakin dikenal masyarakat luas, sebagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam yang tidak lagi kelas dua, namun sebagai pilihan utama dan membanggakan. Namun demikian identitas PTKIN dengan core competency dalam bidang keagamaan tidak boleh pudar," kata Menag. 

Menag memandang perlu adanya riset yang lebih mendalam terkait masa depan PTKIN. Menurutnya, transformasi kelembagaan menuju UIN satu sisi meningkatkan animo masyarakat masuk PTKIN, namun pada saat yang sama inputnya tidak lagi didominasi alumni madrasah. Bahkan, berdasakan riset sementara (preliminary research), sebagaian mereka tidak dapat membaca Al-Quran dengan baik. 

"Apalagi membaca kita kuning (classical sources) yang merupakan ciri khas alumni PTKIN," ucap Menag. 

Menag mengingatkan para rektor PTKIN bahwa transformasi kelembagaan menjadi UIN, mandat institusinya adalah integrasi Islam dan Science. Menurutnya, hal itu yang harus diperkuat, melalui input mahasiswa yang bagus dan penataan Mahad al Jamiah yang memadai. 

"Saya minta Rektor untuk serius mendiskusikan Integrasi Islam dan Science di PTKIN kita ini," tandasnya. 

Peluncuran SPAN-UMPTKIN ini dihadiri pejabat eselon I dan II di lingkungan Kemenag, para Rektor PTKIN, Kakanwil se-Indonesia, Kepala MAN se-DKI Jakarta, Kasubdit dan Kasie di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam. (p/ab)